Saturday, October 20, 2012

Ini Bisnisku, Bisnis Kamu Apa?

Ciptakan dulu idenya, lalu cepat-cepat dirikan bisnismu. Ada banyak sesi seminar untuk belajar dan bazar yang bisa diikuti agar bisnismu eksis.
Hervinny Wongso

Keramaian pengunjung mengunjungi bot tarot,
dok. Pop Up Market
BOT aneka warna terpampang rapi di rak. Di belakangnya, puluhan jins buatan lokal dan luar juga digantung. “Kita bawa sebagian besar stok dari toko,” cerita Bhisma Setia Diandra, 22, saat dijumpai di kehebohan Pop Up Market, siang itu (10/3).
Booth berukuran 4 x 4 meter yang ditempati Bhisma memajang produk The Denim Vault. Toko yang berdiri enam bulan lalu di Kemang ini merupakan salah satu dari 52 booth yang ikut serta dalam Pop Up Market. Acara dengan suasana pusat perbelanjaan di Inggris, Carnaby Street, itu garapan mahasiswa bisnis Prasetya Mulia Business School Jakarta.
Kepada Move, Tegar Syaaf, 19, wakil ketua panitia penyelenggara Pop Up Market, menjelaskan 60% booth di acara ini dialokasikan untuk mahasiswa. “Namun kita undang juga produk umum supaya bisa lebih ramai,” jelas Tegar.
Produk yang dipamerkan juga bervariasi. Selain fesyen yang mendominasi, hasil kerajinan tangan seperti kreasi gantungan baju, jam domino, casing laptop, cupcakes, hingga kue berbahan sayur juga ikut serta dalam pameran.
“Target pengunjung kita memang anak muda,” tambah mahasiswa jurusan marketing ini. Karena itu, selain belanja, panitia memberikan hiburan seperti band, fashion show, hingga pantomim yang berjalan di tengah-tengah pengunjung.
“Enggak nyesel sih kalau mau belanja. Produknya keren. Hehe,” ucap Dennis, mahasiswa Bisnis Marketing Institut Teknologi Bandung (ITB), yang datang bersama dua temannya siang itu.
Es krim kering
Dalam tiga hari, tercatat 13.790 orang hadir dalam acara tersebut. Tak hanya produk lokal Jakarta, mahasiswa asal Bandung juga tak ketinggalan dalam bazar yang berlangsung selama tiga hari itu. Saat Move tiba, Ayu Gema, 19, bersama dengan lima temannya tampak melayani pengunjung yang mengunjungi booth Darthead.
Sejumlah tas, meja, dan gantungan baju dengan hiasan gambar dijual di tempat tersebut. “Harganya mulai Rp125 ribu sampai Rp300 ribu,” tutur mahasiswi Sekolah Bisnis Dan Manajemen ITB itu.
Rupanya, Ayu sudah beberapa kali ikut serta dalam kegiatan pameran. Salah satu produk yang dijualnya adalah es kering. Di luar dugaan, hidangan yang disajikan dengan biskuit ini ternyata berhasil menarik minat banyak teman kampus. Dari sana, bisnis es kering itu pun mulai dikembangkan. “Sekarang kita sudah jualan di Dago Asri,” terangnya.
Ketertarikan Ayu untuk belajar bisnis pada awalnya muncul karena melihat rutinitas sang ayah yang punya usaha di bidang mebel dan laundry. Setelah memutuskan untuk mengambil jurusan marketing, ia pun semakin banyak mendapat pelajaran tentang bisnis. Dari situlah keinginan untuk terjun di bidang ini bertambah. Kelak, Ayu mengaku ingin menekuni bisnis makanan. “Soalnya lebih cepat laku. Hehe.”
Minat untuk menekuni bisnis juga dirasakan Kevin Lawira. Dari hobinya terhadap sepatu, Kevin memulai berbisnis sepatu dengan merek Raga, bersama dua temannya pada 2010.
Lewat modal bersama hingga Rp100 juta, mahasiswa jurusan bisnis ini memproduksi sepatu yang ditargetkan untuk pasar anak muda. Harga jualnya berkisar Rp600 ribu hingga Rp1 juta.
Walau belum menghasilkan keuntungan yang terlalu besar, Kevin mengaku sudah berencana menjalani bidang ini dengan serius. “Keseruannya adalah aku bisa bikin usaha sendiri dan menciptakan lapangan kerja baru,” terangnya.
Potensial
“Tiga sampai lima tahun terakhir, perkembangan anak muda yang menjalani bisnis sudah semakin signifikan,” ucap presiden alias pemilik keripik Maicih, Reza Nurhilman, 24, saat diwawancarai Move pada kesempatan terpisah.
Salah satu indikasinya ialah semakin seringnya kampus mengadakan seminar bertema entrepreneurship.
Diakui Reza, modal besar tak lagi menjadi syarat utama untuk membangun bisnis. Terlebih, bagi mereka yang bergerak di bisnis kebutuhan primer seperti sandang, papan, dan pangan. “Modal banyak bukan jaminan. Asal bisa mengemasnya dengan menarik, hasilnya pasti bisa maksimal,” ujar pria yang mengaku sangat memanfaatkan networking power untuk mengembangkan usaha keripik yang diluncurkan sejak Juni 2010 itu.
Besarnya keuntungan bisnis memang menggiurkan. Namun kepada sahabat Move, Reza mengingatkan bahwa bisnis juga penuh tantangan. Untuk itu, mahasiswa Jurusan Marketing Universitas Maranatha Bandung ini menekankan pentingnya keberanian menghadapi risiko. “Bangun mental. Kalau sudah siap, ya, jalan.” Kamu, mau bisnis apa nih?
By movers
Tuesday March 20, 2012

No comments:

Post a Comment