Hingga akhir tahun, bisnis properti di Indonesia adalah bisnis paling menguntungkan saat ini. |
Ketika Hero datang
masuk pasar ritel, terutama di Ibu Kota, Gelael masih tenang-tenang saja. Saat
Hero makin berkibar, baru terasa bahwa sengatannya berpengaruh mengurangi kilap
Gelael. Akhir tahun 1990-an, Gelael makin tersudut sehingga hanya
mempertahankan tidak lebih dari 15 supermarket. Kini hanya beberapa Gelael yang
masih bertahan. Meredupnya kilap
Gelael Supermarket membuat Hero tampak lebih perkasa di lapangan. Akan tetapi,
keasyikan berada di wilayah unggul membuat Hero terkesan kurang waspada. Ketika
pusat perkulakan Makro datang, Hero masih tetap kokoh. Tatkala Hypermart,
Carrefour, dan Lotte datang, Hero juga masih kuat.
Akan tetapi, ketika Carrefour terus berekspansi dan bahkan menjadi penghela
pengunjung di mal-mal besar, perlahan kilau Hero melemah. Pusat perbelanjaan ini
berusaha bangkit dan melakukan inovasi, tetapi pangsanya hampir tuntas digerogoti
pusat perbelanjaan yang jauh lebih lengkap, lebih luas, dan harga bersaing.
Nasib Hero hampir mirip nasib Gelael Supermarket. Jika saja dilakukan
terobosan-terobosan baru yang sangat menggetarkan pasar, tentu peluangnya untuk
menjadi raksasa kembali, tetap terbuka. Kedua nama itu sudah berlabuh lama di
hati konsumen. Bangkit kembali dengan formula dan (mungkin) genre baru bukan
hal mustahil.
Hal yang menarik
perhatian banyak pengamat bisnis ritel adalah berubahnya sejumlah perusahaan
besar. Lihat misalnya Coca Cola. Banyak merek baru datang, banyak pula minuman
ringan yang menawarkan kesejukan, kenyamanan, tetapi Coca Cola mampu bertahan,
dengan sentuhan rasa khas. Ketika ia dikritik menjadi salah satu (dari sangat
banyak penyebab) diabetes, Coca Cola muncul dengan Coca Cola diet. Ketika ia
masih dikritik karena mengandung kafein tinggi, ia muncul dengan varian baru,very low caffeine. Tentu banyak
perusahaan melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik. Misalnya Garuda
Indonesia. Maskapai ini di antaranya menyegarkan kru pesawat, menggusur pesawat
tua, meningkatkan skala amat tinggi untuk kualitas layanan penumpang, dan
menyediakan makanan lebih lezat. Pada akhirnya, Garuda, mampu merebut
pasar dalam negeri dengan spektrum luas, kendati harga tiketnya lebih mahal
dibandingkan semua maskapai dalam negeri lain. Ke luar negeri,
maskapai ini juga sukses. Tak ayal, Garuda Indonesia menjadi maskapai terbaik
di dunia. Prestasi ini sangat mengesankan sebab terjadi ketika begitu banyak
maskapai kenamaan dunia rugi besar, bahkan terancam tutup.
Masih banyak
perusahaan lain yang berubah untuk meraih prestasi. Toko ritel Alfamart sekadar
menyebut contoh, terus menyesuaikan diri dengan perkembangan dan permintaan
pasar. Alfamart misalnya, mengantisipasi pasar dengan Alfa Midi (empat kali
lebih besar dari Alfamart). Perusahaan ini juga membuka Alfa Express dengan
”pembawaan” baru. Kuat dugaan, Alfamart mengantisipasi tuntutan baru konsumen
dan membendung pengaruh serbuan pusat perbelanjaan raksasa.
Para usahawan properti
juga terus mengikuti tuntutan pasar. Ketika membangun Mal Central Park,
usahawan Trihatma Kusuma Haliman berpikir keras karena mal baru ini terletak di
tengah-tengah dua mal, yakni Mal Taman Anggrek dan Mal Ciputra. Kedua mal itu
sudah mempunyai pasar yang luas. Maka mal yang ia bangun harus membawa genre
baru. Maka, Central Park dibangun dengan taman raksasa, dengan konsep
berbelanja yang atraktif. Jadilah Central Park salah satu tujuan utama
warga berbelanja. Ini menyangkut keberanian menawarkan aliran baru dalam dunia
mal nasional.
Keberanian melakukan
perubahan, kecerdasan membaca tren konsumen, dan kemampuan menawarkan kemasan
baru yang bagus, menentukan masa depan sebuah kerajaan bisnis.
Editor
:
Rusdi Amral
Source: kompas.com
No comments:
Post a Comment