KOMPAS.com — Berwirausaha, apakah itu dalam
bidang jasa atau memproduksi barang, selalu ada sesuatu yang dijual. Penjualan
akan menghasilkan uang bagi wirausahawan. Salah satu masalah yang sering
ditemui ketika seseorang memulai usahanya adalah belum mengetahui cara yang
tepat dalam menjual atau menawarkan produk yang dimilikinya. Akibatnya, tentu
saja usaha menjadi tidak berkembang.
Dalam bahasa sederhana, Tung
Desem Waringin, konsultan dan penulis buku marketing, bisnis berarti menawarkan sesuatu.
Menurut Tung, dalam menawarkan sesuatu ada lima hal yang harus diperhatikan.
Pertama, penawaran itu harus menarik. Untuk mengetahui apakah
penawaran yang kita berikan kepada konsumen menarik atau tidak, perlu
mengukurnya dengan membandingkan penawaran lain. Selain itu, perlu membangun
kepercayaan dari konsumen. Kepercayaan dari konsumen dapat dibangun dengan
berbagai macam cara. Misalnya saja dengan memberikan garansi kepada pembeli
sehingga pembeli merasa aman dan tidak menanggung risiko ketika membeli produk
barang atau jasa yang ditawarkan.
Langkah selanjutnya, pebisnis perlu menyampaikan keterangan
mengenai apa yang dijual dengan tepat. “Hanya dengan memberikan penjelasan
tentang proses produksi, orang akan lebih tertarik untuk membeli. Semisal, air
mineral ini diproses melalui sekian kali penyaringan,” jelas Tung.
Penawaran ini juga harus disampaikan kepada sasaran yang tepat.
“Menawarkan sebuah mobil mewah dengan potongan harga 50 persen kepada pengemis
di pinggir jalan tidak akan laku karena tidak tepat sasarannya. Dia tidak akan
membeli walaupun mobil itu ditawarkan dengan potongan harga besar,” kata Tung
lagi.
Terakhir, atur pasokan dan permintaan agar ada kelangkaan
sehingga barang yang ditawarkan dicari-cari. “Jika kita berbisnis dan penjualan
belum maksimal, coba periksa, mungkin ada salah satu dari lima poin itu yang
salah. Bisa jadi salah pasar atau penyampaiannya kurang tepat,” kata pria
berkacamata yang memiliki beragam bisnis mulai dari pelatihan hingga batubara
ini.
Hal senada disampaikan oleh Peni Pramono, penulis berbagai macam
buku mengenai usaha kecil dan menengah UKM. Menurut Peni, pengusaha harus
benar-benar menaruh perhatian pada pemasaran produk.
“Karena pemasaran akan menghasilkan penjualan dan penjualan akan
menghasilkan perputaran roda usaha. Oleh sebab itu, dua pertiga upaya dari
pemilik usaha adalah memikirkan cara-cara pemasaran. Dari dua pertiga perhatian
itu, dua pertiganya lagi difokuskan pada cara penjualan produk. Penjualanlah
yang mampu langsung membuat kas usaha bertambah. Semua usaha perlu kas untuk
bergerak,” kata Peni yang juga membuka kursus akuntansi untuk UKM ini.
Peni mengakui, membangun sebuah usaha mandiri tidak mudah.
Membangun usaha memerlukan waktu, fondasi, dan rancang bangun. “Produk yang
tidak layak beli tidak bisa dipakai untuk membangun usaha. Produk itu hanya
bisa dipakai untuk mencari uang,” katanya.
Dia menekankan, dalam membangun usaha, produk tidak harus
sempurna, tetapi harus layak beli. Dari layak beli bisa terus dikembangkan untuk
membangun dinding demi dinding. Semakin hari produk semakin dihargai, meskipun
berubah rupa, tetap memiliki jiwa yang sama, yaitu layak beli.
Melawan hambatan menta
Walaupun tidak mudah, banyak orang yang ingin membuka usaha
untuk meningkatkan kesejahteraannya. Tetapi, sukses berbisnis memang tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang menjadi tantangan dalam
menjalankan usaha ini.
“Sering ada mental block yang
terkait dengan sistem kepercayaan dalam diri seseorang. Hal ini terkait dengan
masa lalu, menurut apa yang didengar, apa yang dirasa dan dilihat seseorang,”
ujar Tung.
Dia menjelaskan, seseorang yang berkomunikasi dengan dirinya
sendiri tentang bisnis dan memiliki pandangan yang salah tidak akan dapat
mewujudkan mimpinya menjadi wirausahawan. Seperti apa pun dia mengikuti
pelatihan, tidak akan melangkah maju untuk berusaha jika halangan mental ini
tidak disingkirkan.
Misalnya ada orang yang bertanya pada dirinya, bagaimana kalau
berbisnis dan akhirnya rugi? Dia akan diliputi ketakutannya sendiri. Berbeda
dari orang yang bertanya pada dirinya dengan pertanyaan serupa tetapi tidak
sama, kalau saya tidak berwirausaha sekarang apa ruginya? Apa untungnya? Kalau
berwirausaha sejak muda apa untungnya, kalau wirausaha yang dijalankan berhasil
tentu akan dapat menikmati, dan jika gagal akan memiliki waktu lebih panjang
untuk memperbaikinya.
Selain pertentangan dalam diri, persaingan usaha menjadi salah
satu momok dalam berusaha. Peni berpendapat, walaupun struktur bisnis UKM
sederhana, menggeliatkan usaha bukanlah hal yang sederhana. Area usaha UKM
tidak jauh-jauh dari apa yang bisa dikerjakan oleh orang pada umumnya. “Itu
sebabnya, satu orang sukses bikin keripik, tetangga kiri kanan, depan belakang
melirik mencoba-coba juga. Persaingan di tingkat kecil-kecil ini bisa membuat
putus asa, karena dengan banyaknya pemain, produk mesti diperkenalkan,” kata
Peni.
Pengusaha UKM bisa panik bila
akhirnya omzet menurun dan ngos-ngosan untuk menghasilkan penjualan yang
nilainya cukup berarti. Jika sudah panik, bisa jadi segala bentuk promosi
diiyakan saja tanpa perhitungan matang. Tanpa sempat berpikir apakah ada
manfaat dari biaya yang terbayarkan tersebut, apalagi kalau ditambah godaan
dari penjaja media iklan yang memberikan iming-iming diskon dan pasang iklan
gratis, atau intimidasi bahwa si pesaing memasang iklan yang lebih besar lagi.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak disiplin ini dapat memicu
ketimpangan antara pendapatan dan pengeluaran. Semakin besar, semakin
memperkecil arus kas dan akhirnya memakan modal. Tetaplah fokus pada
penjualan….
Editor :
Erlangga Djumena
Source: kompas.com
No comments:
Post a Comment